Re: [HRM-Club] Samsung, Panarub, Shukakhu, Patria Bersiap Tutup Menyusul Bata Yang telah Tutup

 

JAKARTA - Kalangan pengusaha mengancam akan menghentikan kegiatan produksi jika aksi-aksi buruh tak segera diselesaikan. "Sekitar 200 pengusaha di seluruh Indonesia akan menghentikan sementara kegiatan industri mereka," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi kepada Tempo, kemarin.

Selain mogok produksi, kata dia, sekitar 100 perusahaan asing sudah menyatakan niat mereka memindahkan investasi ke luar Indonesia. "Termasuk 10 perusahaan besar." Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Hariyadi B. Sukamdani, mengatakan, 10 perusahaan yang akan hengkang tersebut akan diumumkan besok (Rabu, 7 November). "Selain Bata dan Samsung, juga ada PT Panarub, PT Shukakhu, dan PT Patria kemungkinan akan benar-benar tutup," ujarnya.

Menurut dia, iklim investasi di Indonesia saat ini semakin tidak kondusif. Pemerintah dinilai tak mampu mengatasi aksi buruh yang cenderung anarkistis menuntut kenaikan upah.

Komisaris Utama PT Panasonic Gobel Indonesia, Rachmat Gobel, menyatakan bahwa aksi buruh membuat investor mengurangi komitmennya di Indonesia.

Masalah buruh, kata dia, membuat investor berpikir ulang melakukan ekspansi usaha di Tanah Air. "Demo buruh ini membuat kepercayaan berinvestasi Indonesia berkurang, karena tidak adanya penegakan hukum."
Kabar hengkangnya perusahaan dari Indonesia, kata Gobel, akan dimanfaatkan negara lain untuk meningkatkan investasi. "Negara lain akan menarik investor yang hengkang dari Indonesia."

Salah satu perusahaan yang dikabarkan hengkang dari Indonesia, PT Sepatu Bata Tbk, menyatakan telah menghentikan produksi sejak dua pekan lalu. Penghentian ini menyusul aksi unjuk rasa beberapa karyawan pabrik yang bergabung dalam Serikat Pekerja Metal Indonesia. "Sampai saat ini kondisi belum kondusif sehingga pabrik belum beroperasi lagi," kata Sekretaris Perusahaan Bata, Is Sugiyono, kepada Tempo, kemarin.

Sugiyono menolak berkomentar berkaitan dengan rencana Bata merelokasi pabriknya keluar dari Indonesia. "Saya tidak tahu. Bukan kapasitas saya untuk menjawab soal itu (relokasi)," ujarnya.

Adapun Direktur Jenderal Industri Berbasis Manufaktur, Panggah Susanto, meminta jaminan keamanan dari kepolisian. Dia mengakui aksi buruh belakangan ini semakin anarkistis dan mengganggu kegiatan produksi. "Beberapa perusahaan sudah mengeluhkan soal aksi ini," kata dia.

Namun, Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia, Said Iqbal, meragukan kesungguhan para pengusaha untuk hengkang dari Indonesia. Begitu juga ancaman mogok produksi massal dinilai hanya gertak sambal. "Mereka cuma mau mempertahankan outsourcing dan upah murah."
Dia mengakui tindakan sweeping dan menggerebek pabrik sebagai aksi menggalang dukungan dari pekerja. "Lagi pula, sebelum gerebek, didahului dengan mengirim surat ke manajemen dan Dinas Tenaga Kerja untuk minta berunding," ujar Said.

sumber : Koran Tempo