Powered by Blogger.
RSS

Re: [HRM-Club] Diskusi dan Sharing MENURUNKAN UPAH PEKERJA - Kalau Demosi Bagaimana?

 

regards juga pak Arnold...terima kasih.

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

From: <Arnold.Dharmawan@id.panasonic.com>
Sender: HRM-Club@yahoogroups.com
Date: Mon, 3 Jun 2013 10:45:01 +0900
To: <HRM-Club@yahoogroups.com>
ReplyTo: HRM-Club@yahoogroups.com
Subject: RE: [HRM-Club] Diskusi dan Sharing MENURUNKAN UPAH PEKERJA - Kalau Demosi Bagaimana?

 

Pak Zikra Pak Iswara,

Betul sekali pak,

Memang secara legal, apa yg telah dijelaskan dlm UU telah jelas lugas ditafsirkan bhw menurunkan upah tdk diperkenankan. Hanya saja, seperti yg saya sebutkan tadi tentang prinsip dasar (spirit) dari UU 13/2003 adalah para pihak (pemerintah, pekerja pengusaha) bersama2 harus wajib dg segala upaya utk mencegah terjadinya PHK. Dlm hal perusahaan mengalami kerugian/pailit/bangkrut perusahaan juga tdk bisa serta merta langsung mem-PHK karyawannya. Ada alasan2 hukum yg bisa dibenarkan utk mencegah  terjadinya PHK tsb. Contohnya adalah dg menurunkan upah karyawannya, sebagaimana dimaksudkan dlm SE Menaker tsb.

Memang SE itu tdk memiliki kedudukan hukum di dlm sistim hirarki perundang-undangan negara kita. Namun bukan berarti SE tsb  bisa diabaikan begitu saja. Karena seperti yg saya sampaikan dibawah, berlakunya sebuah aturan hukum itu bisa dilihat dari 3 aspek yaitu: Aspek yuridis, sosiologis filosofis. Jika kita kembalikan berlaku aturan mengenai kebijakan menurunkan upah tsb sebagai sebuah aspek filosofis terkait dg filosofi dari UU 13/2003 tadi, maka hal itu boleh saja dilakukan. Sepanjang, punya alasan2 dasar hukum yg kuat.  

Namun yaa jika kita berpikir secara psikologis mana ada orang yg mau diturunkan upahnya, walaupun alasan tsb memiliki dasar hukum yg kuat sekalipun. Mungkin mereka akan lebih memilih di PHK saja. Utk itulah kemudian di UU 13/2003 itu mengatur hak kewajiban yg harus dipenuhi oleh para pihak jika terpaksa kebijakan PHK harus dilakukan.

Kesimpulannya, kebijakan utk menurunkan upah karyawan adalah boleh saja dilakukan sepanjang memiliki dasar hukum argument yang jelas yg dibenarkan oleh peraturan hukum. Mengenai efek psikologis yg akan dialami oleh karyawan jika upahnya diturunkan, menurut saya itu kembali kepada kemampuan dari seorang HRD utk memberikan pemahaman kepada karyawan-karyawannya terkait dg keputusan utk menurunkan upah. HRD pun harus mempersiapkan karyawan utk menghadapi kasus2 seperti ini, misalnya dg memberikan pelatihan-pelatihan persiapan masa pensiun (masa purnakarya) dg keahlian entrepreneurship. Hal ini agar karyawan juga merasa dihargai setelah mereka mendekati masa pensiun atau terpaksa harus di PHK selepas masa kerjanya ttp bisa berkarya dg keahlian entrepreneurship yang dimilikinya.  

Regards,

=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=

Arnold Dharmawan Arsad, SH

Personnel Assist. Manager

Industrial Relations, Legal Training Div.

PT SANYO Energy Batam

Jl. Beringin Lot 11, Batamindo Industrial Park

Muka Kuning, Batam 29433

Kep. Riau, Indonesia

Tel. +62-770-611321 Ext. 151

Fax. +62-770-611348

arnold.dharmawan@id.panasonic.com

=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=

From: HRM-Club@yahoogroups.com [mailto:HRM-Club@yahoogroups.com] On Behalf Of Fachrial Iswara Tjaja
Sent: Friday, May 31, 2013 2:59 PM
To: HRM-Club@yahoogroups.com
Subject: Re: [HRM-Club] Diskusi dan Sharing MENURUNKAN UPAH PEKERJA

urun masukan :

1. Psl.17 Kepmenaker no.1 tahun 1999 " Pengusaha yang telah memberikan upah yang lebih tinggi

��� daripada upah minimum yang berlaku, DILARANG menurunkan/mengurangi upah " , hemat saya

��� tidak perlu multi tafsir, karena telah jelas dan lugas.

2. Yang telah diuraikan panjang lebar kunci materinya adalah perjanjian kerja atau kesepakatan para

��� pihak. Boleh jika memasukan KUHperdata psl.1320 mulai dari definisi dan semua hal terkait tentang

��� perjanjian. Artinya : jika salah satu pihak TIDAK SEPAKAT (untuk mengubah isi perjanjian), maka

��� perjanjian yang telah dibuat SAH dan LEGAL adanya. Jika anda sebagai pekerja ditanya apakah mau

��� upah saudara diturunkan ? mari kita buat perjanjian baru ? dapat dipastikan tidak ada yang mau. Lalu bagaimana

� � solusinya jika ada misalnya : pekerja bermasalah, perusahaan merugi cukup lama, dll. Semua mekanisme

� � cukup representatif tertuang dalam UU 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan berikut turunannya. Dapat

� � dilakukan demosi, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), merumahkan sementara pekerja, dan lain-lain bergantung

��� pada situasi dan kondisi perusahaan masing-masing.

3. Soal surat edaran telah terjawab bahwa hal tersebut bukan merupakan hukum mengikat.

Demikian urun masukan.

2013/5/30 Muhammad Zikra ijik_inter@yahoo.co.id>

Dear Rekan-rekan,

Wahhh ,, seru dan panjang juga nih argumentnya masing-masing. Kalau kajian saya sih sederhana saja sbb�:

Upah/ Gaji (baik tunjangan tetap/ tidak tetap) yg sudah dituangkan dalam PKWT/PKWTT tidak dapat/ boleh di turunkan sepihak. Alasannya apa? ya tentunya tidak ada regulasi yg memperbolehkan aturan bahwa Upah/ Gaji tsb boleh diturunkan oleh pengusaha.

SE-907/MEN/PHI-PPHI/X/2004 yg dimaksud pak Arnorld tidak dapat dijadikan acuan hukum, ya namanya aja surat edaran/himbauan, bukan keputusan/ peraturan??. Begitu tohh..?�

Mau nurunin upah gara-gara perusahaan merugi terus/ sebab Force Mejure?, UUTK 13/2003�menyuruh PHK kok sesuai pasal 164 , bukan menurunkan upah.

PCMIIW

Thanks Regards,

Zikra



--- Pada Kam, 30/5/13, Arnold.Dharmawan@id.panasonic.com Arnold.Dharmawan@id.panasonic.com> menulis:


Dari: Arnold.Dharmawan@id.panasonic.com Arnold.Dharmawan@id.panasonic.com>
Judul: RE: [HRM-Club] Diskusi dan Sharing MENURUNKAN UPAH PEKERJA
Kepada: HRM-Club@yahoogroups.com
Tanggal: Kamis, 30 Mei, 2013, 6:13 AM

Dear Pak Harijanto,

Yang bapak sampaikan ada benarnya juga. Tapi coba kita telaah secara detail dari aturan hukumnya, secara perdata hubungan industrial. Seperti yg saya tuliskan, bhw upah adalah merupakan bagian dari perjanjian kerja. Dan perjanjian kerja adalah sebuah produk hukum yg harus memenuhi syarat dari 1320 BW. Jika kita melihat dari konteks itu, maka perjanjian sah2 saja jika akan dirubah, sepanjang memang ada kesepakatan bersama dari para pihak yg menandatanganinya. Tidak bisa diputuskan secara sepihak atau hanya karena satu dan lain hal yg tdk bisa dijelaskan melalui aturan hukum yg sah.

Jika bapak menganggap upah yg merupakan bagian dari perjanjian (salah satu klausa) perjanjian tdk bisa dirubah, artinya perusahaan tdk bisa menurunkan upah jika perusahaan dalam kondisi financial problem yg dengan terpaksa harus mengurangi upah karyawannya agar perusahaan bisa survive sementara waktu. Seperti yang saya tuliskan, ada alasan2 hukum yg dibenarkan jika merubah klausul perjanjian.

Dalam hukum perjanjian ada asas "kebebasan berkontrak" (Freedom of Consesualism) sebagaimana dijelaskan pada Ps. 1338 ayat 1 BW. �Menurut Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia, kebebasan berkontrak dapat disimpulkan dari ketentuan pasal 1338 ayat� 1 BW, yang menyatakan bahwa semua kontrak (perjanjian) yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi mereka yang membuatnya (Pacta Sunt Servanda). �Sumber dari kebebasan berkontrak adalah kebebasan individu sehingga yang merupakan titik�tolaknya adalah kepentingan individu pula. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kebebasan individu memberikan kepadanya kebebasan untuk berkontrak.

Berlakunya asas konsensualisme menurut hukum perjanjian Indonesia memantapkan adanya asas kebebasan berkontrak. Tanpa sepakat dari salah satu pihak yang membuat perjanjian, tanpa sepakat maka perjanjian yang dibuat dapat dibatalkan. Orang tidak dapat dipaksa untuk memberikan sepakatnya. Sepakat yang diberikan dengan paksa adalah Contradictio Interminis. Adanya paksaan menunjukkan tidak adanya sepakat yang mungkin dilakukan oleh pihak lain adalah untuk memberikan pilihan kepadanya, yaitu untuk setuju mengikatkan diri pada perjanjian yang dimaksud, atau menolak mengikatkan diri pada perjanjian dengan akibat transaksi yang diinginkan tidak terlaksana (take it or leave it).

Kembali lagi kepada menurunkan upah pekerja. Seperti yang saya sampaikan, bhw jika kita melihat upah sebagai bagian dari perjanjian kerja perjanjian kerja sebagai sebuah produk hukum keperdataan yg sah maka bisa saja upah diturunkan, dg catatan: terpenuhinya alasan2 hukum yg dibenarkan UU adanya kesepakatan dari para pihak yg menandatangani perjanjian tsb.

Regards,

=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=

Arnold Dharmawan Arsad, SH

Personnel Assist. Manager

Industrial Relations, Legal Training Div.

PT SANYO Energy Batam

=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=

From: HRM-Club@yahoogroups.com [mailto:HRM-Club@yahoogroups.com] On Behalf Of Harijanto
Sent: Thursday, May 30, 2013 8:32 AM
To: HRM-Club@yahoogroups.com
Subject: RE: [HRM-Club] Diskusi dan Sharing MENURUNKAN UPAH PEKERJA

Pak Arnold,

Selamat pagi,

Menurut saya permenaker No Tahun 1999 tidak ada yang implisit, hubungan kerja antara buruh dengan perusahaan sudah terikat dengan kontrak. Gaji yang baku sudah tidak dapat diturunkan maka jika kita hubungan dengan kinerja karyawan -----biasa dengan aprisal performance.

Seorang comben specialist akan menghitung cost pperusahaan---dengan mana gaji pokok, tunjangan jabatan, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Jika perusahaan bergerak dalam distribusi maka cara perhitungan akan lebih banyak tunjangan tidak tetap karena berhubungan omset perusahaan.

Perusahaan saya bergerak dalam bidang EPC maka dalam penggajian karyawan saya mengunakan Gaji Pokok, Tunjangan Jabatan, tidak transport karena saya pakai jemputan ke karyawan , Tunjangan makan dan tunjangan kinerja------untuk fabrikasi kami menilai berapa order dan penyelesaikan order fabrikasi, jika penyelesaian minimal 85 % maka tunjangan kinerja ada tetapi dalam perhitungan kami jika seorang mendapatkan tunjangn kinerja 100 % maka yang harus 100 % adalah� Safety perorangan dan departemen 100% pencapaian, kehadiran perorangan dan department 100% (jika ada sakit dll biar mengacu pada UU No 13 tetap kami kurangan dan ini saya bakukan), performance department missal Peronel dan Ga --- pemakaian bahan bakar jika perusahaan untuk tiap bulan 1000 liter tetapi pemakaian� 900 liter maka kelebihan 100 liter akan kami 2 yaitu perusahaan 50 liter dan personnel + GA 50 liter akan dibagikan secara adil untuk seluruh department bagi level manager samapi ke driver.

Demikian masukan saya

Salam,

Silvester

From: HRM-Club@yahoogroups.com [mailto:HRM-Club@yahoogroups.com] On Behalf Of Subagiyo Sumodiharyo
Sent: Wednesday, May 29, 2013 4:30 PM
To: HRM-Club@yahoogroups.com
Subject: Re: [HRM-Club] Diskusi dan Sharing MENURUNKAN UPAH PEKERJA

Selengkapnya baca pasal 1338 BW aja

Pada 29 Mei 2013 14.12, Arnold.Dharmawan@id.panasonic.com> menulis:

Dear All,

Dalam beberapa kasus ada perusahaan-perusahaan yang mengurangi atau menurunkan gaji/upah karyawannya. Pertanyaannya adalah "apakah boleh gaji/upah karyawan yang telah diberikan diturunkan/ditarik kembali?"

Beberapa praktisi beranggapan bahwa upah tidak boleh diturunkan/dikurangi karena berpegang pada konteks secara harfiah/eksplisit dalam Ps. 17 KEPMENAKER No. 1 Thn 1999 yang menyebutkan bahwa "Pengusaha yang telah memberikan upah yang lebih tinggi daripada upah minimum yang berlaku, dilarang menurunkan/mengurangi upah." Namun dalam konteks pasal tersebut ada makna implisitnya yang harus dicermati, yaitu tidak boleh menurunkan upah lebih kecil daripada upah minimum yang berlaku. Jika berpegang pada makna tersebut maka bisa diartikan bahwa upah bisa saja turun selama ada dasarnya. Apakah yang mendasari upah dapat diturunkan/dikurangi?

1. Dasar filosofis atau kondisi sebab - akibat

Unsur utama hubungan industrial adalah adanya pekerjaan, adanya perintah kerja dan adanya upah. Adanya karyawan yg bekerja / berproduksi / KINERJA dan adanya pengusaha yg memberi upah / gaji. Realita bahwa "KINERJA KARYAWAN" adalah dinamis bisa naik dan/atau turun baik karena faktor lain atau faktor yang disebabkan oleh karyawan sendiri. Idealnya, adanya keseimbangan dinamika antara kinerja dan upah karyawan. Jadi dengan alasan keseimbangan, keadilan, dan menciptakan suasana kompetisi yg sehat, dapat diartikan bahwa "UPAH KARYAWAN JUGA BISA TURUN atau NAIK. Dalam arti kata: Reward dan Punisment.

2. Alasan aturan

Sebagaimana diutarakan pada Ps. 17 KEPMENAKER No. 1 Thn 1999 adalah dalam konteks UPAH MINIMUM. Dalam konteks lain, ada pemahaman/anjuran dari Menaker yang dituangkan dalam SE-907/MEN/PHI-PPHI/X/2004 untuk alasan survival dan mencegah PHK massal anjuran pertama adalah "Mengurangi upah dan fasilitas pekerja tingkat atas, misalnya tingkat Manajer dan Direktur ; Kalimat ini dengan tegas memperbolehkan upah untuk diturunkan (Apapun levelnya, tetap statusnya adalah karyawan). Jika melihat pada konteks ini, artinya ada prosedur-prosedur yang harus dilakukan oleh perusahaan yang dijadikan dasar menarik/menurunkan upah. Alasan-alasan yang digunakan pun harus sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah pengertian tentang upah. Pada Ps. 1 PP No. 08 Thn 1981 Ttg Perlindungan Upah dijelaskan bahwa Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari Pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya. Kemudian dijelaskan pada Ps. 54 (1) UU No. 13/2003 Ttg Ketenagakerjaan bahwa upah adalah bagian dari perjanjian kerja.

Perjanjian kerja adalah salah satu produk hukum yang sah. Syarat sahnya perjanjian secara umum diatur dalam Pasal 1320 BW (KUHPerdata) adalah:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Suatu hal tertentu;������

4. Suatu sebab/kausa yang halal/legal.

Dari syarat-syarat yang ada dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu Syarat Subyektif serta Syarat Obyektif. Kesepakatan serta Kecakapan merupakan syarat Subyektif, sehingga jika hal ini tidak dipenuhi maka perjanjian yang telah dibuat dapat dibatalkan. Sedangkan asas "Suatu hal tertentu" serta "Sebab yang halal" merupakan syarat obyektif, jika hal ini tidak dipenuhi maka perjanjian yang telah dibuat dapat dimintakan batal atau batal demi hukum.

Aspek berikut yang perlu dipahami adalah pengertian dari "Perjanjian". Perjanjian diatur dalam pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata), yaitu "suatu perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih". Berbeda dengan perikatan yang merupakan suatu hubungan hukum, perjanjian merupakan suatu perbuatan hukum. Perbuatan hukum itulah yang menimbulkan adanya hubungan hukum Perikatan, sehingga dapat dikatakan bahwa perjanjian merupakan sumber perikatan.

Perikatan adalah suatu hubungan hukum diantara dua orang atau dua pihak, dimana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lainnya itu berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pihak yang berhak menuntut dinamakan kreditur (si berpiutang), sedangkan pihak lainnya yang berkewajiban memenuhi tuntutan itu dinamakan debitur (si berhutang).

Suatu perikatan bisa timbul baik karena perjanjian maupun karena Undang-Undang (UU). Dalam suatu perjanjian, para pihak yang menandatanganinya sengaja menghendaki adanya hubungan hukum diantara mereka menghendaki adanya perikatan. Motivasi tindakan para pihak adalah untuk memperoleh seperangkat hak dan kewajiban yang akan mengatur hubungan mereka, sehingga inisiatif munculnya hak dan kewajiban perikatan itu ada pada mereka sendiri. Beda halnya dengan perikatan yang bersumber pada UU, dimana hak dan kewajiban yang muncul bukan merupakan motivasi para pihak melainkan karena UU yang mengaturnya demikian. Dalam hal ini, perjanjian kerja dapat dikategorikan sebagai perjanjian yang lahir karena motivasi para pihak. Kenapa demikian? Karena perjanjian kerja tersebut dilakukan karena ada keinginan dari para pihak (pengusaha/perusahaan/majikan dan karyawan/pekerja) untuk mengikatkan diri dalam hubungan hukum. Perjanjian dapat diubah sepanjang adanya kesepakatan para pihak dalam perjanjian tersebut.

Merujuk kembali pada Ps. 54 ayat 1 UU No. 13 Thn 2003 tersebut, yang mengatakan bahwa upah adalah salah satu komponen dalam perjanjian kerja, apabila kita memandang aspek dari pengertian perjanjian sebagaimana dijelaskan diatas, maka perjanjian dapat diubah apabila ada kesepakatan antara para pihak yang bersangkutan. Jadi, upah yang menjadi salah satu klausul dalam sebuah perjanjian bisa saja diturunkan/dikurangi sepanjang memang ada kesepakatan dari pihak perusahaan/pengusaha dan pihak karyawan.

Secara aturan, tidak ada aturan yang jelas dan tegas yang melarang upah diturunkan/dikurangi. Namun, ada dasar-dasar hukum sah syarat-syarat yang harus diberikan dijelaskan oleh pihak perusahaan/pengusaha/majikan apabila kebijakan tersebut harus terpaksa dilakukan.

Regards,

=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=

Arnold Dharmawan Arsad, SH

Personnel Assist. Manager

PT SANYO Energy Batam

Jl. Beringin Lot 11, Batamindo Industrial Park

Muka Kuning, Batam 29433

Kep. Riau, Indonesia

Tel. +62-770-611321 Ext. 151

Fax. +62-770-611348

arnold.dharmawan@id.panasonic.com

=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=




--
F. Iswara
Diamond Safety Glass
Telp. +62-21 89981575-76-77
Fax. +62-21 89981578, 89983227
Email : iswara@diamondglass.co.id
���������� fachrial_it@yahoo.co.id

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (14)
Recent Activity:
--- Pendiri Bpk SUNAWAN - HP. 0817 994 0224 : Jumlah Member 16.800 ---

Untuk bertanya, berdiskusi atau komentar di milis silahkan ajukan ke email:
HRM-Club@yahoogroups.com

Utk Join milis ini dan menjadi member silahkan kirim Email ke :
HRM-Club-subscribe@yahoogroups.com

Utk menghindari inbox penuh kirim email ke:
HRM-Club-digest@yahoogroups.com

Sering keluar kota, ubah seting ke digest:
HRM-Club-digest@yahoogroups.com

UNTUK PROGRAM KONSULTASI & INHOUSE:
Untuk Konsultasi & Inhouse training silahkan hubungi HP 0817 994 0224

Program-program HRM:
1. Training:
   Public House - Harga member
   Inhouse - Harga member
2. Konsultasi - Harga Member
3. Recruitment service / search executive - Harga Member

LOW PRICE, HIGH QUALITY & EASY TO APPLICATION
HRM CLUB - HRM SCHOOL - HRM INDONESIA

HUBUNGI BPK SUNAWAN DI 0817 994 0224

Lihat Web
http://www.hrm-indonesia.com/
SLOGAN : HRM MEMANG BEDA

----
MILIS INI ADALAH MILIS SERIUS DLM SHARING, BUKAN SEKEDAR KONKOW, GUYONAN, KAMI BEDA DGN MILIS LAIN

KAMI AKAN HILANGKAN DISKUSI YANG ISINYA KONKOW, GUYONAN.
KARENA POSITIONING KAMI ADALAH MILIS SERIUS
----

Member Milis: 16.000 orang lebih dan hampir 10.200 orang aktif mengikuti milis, member tersebut terdiri HR Director, HR Manager, Asst. Manager & HR SPv, akademisi & HR Consultant, bahkan CEO Perusahaan sehingga diskusinya berbobot dan bergizi.

Bila anda punya kemampuan dalam bidang training & konsultasi HR, mempunyai jiwa pengabdian & tidak terlalu komersial, & ingin bergabung dengan Team HRM Club.
silahkan kirim CV anda ke: teamhrmclub@yahoo.com
subject: Bergabung dengan tim HRM Club
Sebutkan bidang keahlian anda


Pengelola

Bila email yahoo anda bouncing yakni tdk bisa menerima email lagi, silahkan kunjungi web:
http://groups.yahoo.com/unbounce
.

__,_._,___

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment